Kamis, 15 Juli 2010

TRIDHARMA The Way Of Life

Tridharma secara harafiah berasal dari kata Tri dan Dharma yang berarti Tiga Ajaran yang dibabarkan oleh Sakyamuni Buddha, Nabi Khong Hu Cu (Khung Fu Tze) dan Nabi Lo Cu (Lao Tze) yang banyak dianut oleh masyarakat Tionghoa di berbagai belahan dunia. Namun sebagai suatu Ajaran Kebenaran, Tridharma tidak hanya dianut oleh masyarakat Tionghoa semata namun juga merupakan Ajaran yang berlaku universal melampaui batas etnis dan negara.

Secara organisatoris & historis Tridharma bersifat Indonesia Sentris, dalam artian sebagai sebuah Organisasi, maka Tridharma didirikan, berkembang dan kemudian memberikan pelayanan keagamaan / kemasyarakatan, khusus hanya di Indonesia saja dan tidak mempunyai hubungan atau jejaring dengan organisasi keagamaan / kemasyarakatan serupa di Negara lain.

Kwee Tek Hoay adalah Tokoh Sentral dalam organisasi Tridharma sejak awal Pergerakan Tridharma dimulai pada awal tahun 1920an dan pada tahun 1934 Sam Kauw Hwee menerbitkan Majalah Sam Kuaw Gwat Po dalam bahasa Indonesia yang bertujuan untuk menyebarluaskan misi organisasi yaitu pembinaan kerohanian bagi umat / anggota sehingga dapat mencegah kristenisasi terhadap masyarakat Tionghoa pada masa itu, yang mana pada akhirnya hari kelahiran Kwee Tek Hoay , 31 Juli (1886) ditetapkan sebagai Hari Tridharma.

Pada awal pergerakan, Kwee Tek Hoay mendirikan Sam Kauw Hwee yang kemudian berubah nama menjadi Gabungan Sam Kauw Indonesia (GSKI) lalu berubah lagi menjadi Gabungan Tridharma Indonesia (GTI) pada 20 Pebruari 1952 dan berbentuk Badan Hukum berdasarkan Penetapan Menteri Kehakiman RI No. JA5/31/13 tgl 09 April 1953 dan termuat dalam Tambahan Berita Negara RI No. 33 tgl 24 April 1953 dengan urutan No. 3. Kemudian untuk melaksanakan kegiatan & pembinaan kerohanian / keagamaan maka akhirnya GTI melahirkan Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia yang merupakan Seksi Penceramah dari Gabungan Tridharma Indonesia (GTI).

Majelis Rohaniwan Tridharma Indonesia (Jakarta & Jawa Barat) inilah yang kemudian bersama sama dengan Majelis Rohaniawan Tridharma Se Indonesia (Surabaya, Jawa Timur) sepakat untuk membentuk wadah baru di Lawang, Jawa Timur pada 17 Desember 1977 dengan nama MARTRISIA (Majelis Rohaniwan Tridharma Seluruh Indonesia) dan 20 tahun kemudian pada 31 Juli 1997, MARTRISIA Komda DKI Jakarta & Jawa Barat (termasuk Banten & kemudian Sumatera Selatan) memisahkan diri untuk membentuk Majelis Agama Buddha Tridharma Indonesia (disingkat Majelis Tridharma).

Sejak awal berkiprah, Gabungan Tridharma Indonesia (GTI) yang kemudian menjadi Majelis Tridharma, PTITD (Perhimpunan Tempat Ibadat Tri Dharma) dan MARTRISIA (Majelis Rohaniwan Tridharma Seluruh Indonesia) secara organisatoris & administratif berada dibawah pembinaan Departemen Agama RI up Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu & Buddha yang kemudian menjadi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha.

Sebagai komunitas keagamaan maka Majelis Tridharma memiliki Pranata/Tata Upacara dan Lembaga Kerohanian
(Pandita & Dharmaduta) tersendiri yang mandiri dan berbeda dengan majelis lain, yang mana perbedaan itu lahir atas dasar KEIMANAN TRIDHARMA yg memang beda dengan umat dari majelis lain. KEIMANAN TRIDHARMA menjadi The Way Of Life bagi umat Tridharma yang dalam kesehariannya bisa saja memiliki identitas administratif kependudukan yang saling berbeda di dalam Kartu Tanda Penduduk antar umat yang satu dengan yang lain nya (bisa beragama Buddha / Khong Hu Cu / Tao).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar