Kamis, 15 Juli 2010

Pilar Anak Sam Kauw

Pada tanggal 27 Juni 2010 lalu, Pemuda Tridharma Indonesia telah merayakan hari raya ulang tahun yang ke 56. Waktu yang cukup lama dan panjang untuk sebuah organisasi, bukan waktu yang sebentar dan singkat. Apabila seorang laki-laki berumur 56 tahun, mungkin sudah menjadi seorang ayah dengan memiliki beberapa anak atau juga telah menjadi seorang kakek yang memiliki beberapa cucu. Di usia 56 tahun laki laki itu sudah disebut Pria Dewasa atau Pria matang. Tapi apakah organisasi kita tercinta Pemuda Tridharma Indonesia telah menjadi organisasi yang cukup matang? Biarkan teman-teman yang menilai. Secara jelas tertulis bahwa Pemuda Tridharma Indonesia adalah organisasi pemuda keagamaan yang merupakan satu-satunya wadah pemersatu generasi muda Tridharma dan wadah berhimpun kader-kader muda Tridharma yang memilki kesamaan kehendak untuk lebih berperan serta secara aktif dalam mewujudkan tujuan nasional.

Apakah Pemuda Tridharma kita sudah cukup baik dalam menghimpun dan menciptakan kader-kadernya?

Apakah semua anggotanya sudah berperan aktif dalam kegiatannya?
Itulah yang menjadi Tanda Tanya besar bagi kita semua.
Sudahkah kita ber KOMITMEN, memiliki sikap BANGGA MENJADI TRIDHARMA dan sikap TOLERANSI YANG TINGGI dalam berorganisasi di Pemuda Tridharma Indonesia?
Apabila belum kita tidak bisa mewujudkan tujuan kita bersama itu menjadi kenyataan. Tapi itulah pekerjaan rumah kita dan kita harus yakin bahwa kita harus bisa memiliki 3 pilar tersebut.

KOMITMEN

Dalam mengambil dan menjalankan sebuah tugas, yang harus ada dalam diri kita adalah KOMITMEN. Karena bila kita tidak memiliki komitmen yang kuat, kita tidak akan bisa menjalankan dan mengemban tugas tersebut dengan baik. Dalam prakteknya tugas tersebut banyak sekali gundukan dan batu kerikil yang menghadang kita. Apabila kita tidak memiliki komitmen yang kuat, mungkin baru sekali tersandung saja kita langsung terpental dan tidak berani melanjutkannya. Tapi apabila kita memilki Komitmen yang kuat dan besar, batu karang yang besar menghadang pun kita tidak akan menyerah dan berusaha menyelesaikan tugas tersebut dengan baik tanpa mengeluh.

Kita yang memulai, harus kita jugalah yang mengakhirinya. Janganlah berhenti di tengah jalan. Dalam berorganisasi di Pemuda Tridharma Indonesia, apabila kita sudah diberikan suatu tugas, walaupun kita belum memiliki banyak pengalaman sekalipun, terimalah dan majulah. Omitohut, dengan KOMITMEN YANG KUAT KITA BISA MEMULAI DAN JUGA MENGAKHIRI TUGAS TERSEBUT DENGAN BAIK. Karena banyak orang yang tidak memiliki komitmen kuat gugur di tengah jalan dan tidak bisa berkarya, melanjutkan tugasnya di Pemuda Tridharma kita ini. Itu juga sudah menjadi pekerjaan besar untuk Pemuda kita untuk kembali mengumpulkan teman-teman kita yang “gugur” untuk kembali lagi bersama sama dan menanamkan komitmen bersama untuk dijalankan bersama saling bahu membahu dan saling tolong menolong.

BANGGA MENJADI

Rasa bangga terhadap Tridharma wajib hukumnya untuk dimiliki oleh setiap warga Tridharma. Selain memilki komitmen, Rasa Bangga menjadi Tridharma ini juga harus ada di setiap warga Tridharma kita. Jangan sampai seorang Tridharma tidak memiliki rasa ini dan akhirnya menyebrang ke pulau sebelah. Saudara kita yang sangat kita hormati di Pemuda Khong Hu Cu (PAKIN), sangat bangga menjadi seorang Confucianis. Saudara kita yang satu lagi juga begitu bangga menjadi seorang Tao, begitu juga Saudara kita yang di Buddha. Tapi apakah kita sudah BANGGA MENJADI SEORANG TRIDHARMA? Marilah kita introspeksi diri lagi. Sudah berapa banyak saudara seperguruan kita yang menghilang dan menyebrang entah ke tempat lain? Sudah seharusnya kita bangga menjadi Tridharma. Bisa dibilang, pemuda kita dahulu adalah pelopor berkembang dan aktifnya lagi agama Buddha di Indonesia yang dimotori oleh Bapak Tridharma, Kwee Tek Hoay. Pemuda Tridharma juga adalah salah satu pendiri Generasi Muda Buddhis Indonesia (GEMABUDHI), dan masih banyak lagi peran kita dalam membangun tujuan nasional. Tapi apakah dengan itu saja kita bangga? Belum lagi kita memiliki Trinabi Agung (Sam Kauw Seng Jin) dengan ajaran dan kitab suci nya yang sangat luar biasa berharganya. Menjadi seorang Tridharma adalah kebanggan tersendiri bagi anda, saya dan kita semua.

Apabila saya ditanya, “harta apakah yang telah diberikan orang tua mu itu kepada mu?” Dengan lantang dan bangganya saya akan menjawab “TRIDHARMA!” Ya, saya tidak akan malu menyebut itu, karena SAYA BANGGA MENJADI TRIDHARMA. Apabila saya tidak kenal Tridharma dan tidak memiliki komitmen dan rasa bangga ini, mungkin saja saya sudah menjadi orang yang lain atau telah berpindah haluan. Tapi karena komitmen dan rasa bangga inilah saya tetap bertahan dengan ajaran ini dan tetap berada di organisasi kita tercinta PEMUDA TRIDHARMA INDONESIA.

Banyak yang bilang Tridharma itu kuno, jadul, dll. Yakin? Istilahnya itu hanyalah angin kentut belaka. Tridharma sama sekali TIDAK KUNO / JADUL, DLL. Apalagi bila kita berada di Organisasi Pemuda Tridharma, semua kegiatan bisa kita lakukan bersama walaupun sederhana tapi kebersamaannya sangatlah LUAR BIASA. Begitu juga dengan ajarannya, saya berani mengatakannya bahwa ajaran Tridharma itu modern dan sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Tidak muluk-muluk, simple dan fleksibel

“Dharma itu indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya.”

Ini adalah pengalaman saya pribadi, saya bersekolah di Sekolah Katholik di daerah Slipi, Jakarta Barat. Yang beragama Buddha disana sangatlah sedikit dan yang tersisa adalah agama Buddha KTP. Tidak ada satu pun yang beragama Khong Hu Cu. Disana bisa dibilang saya adalah murid “pemberontak”. Suatu hari sekolah saya sedang merayakan perayaan natal bersama di aula sekolah bersama dengan 3 angkatan lainnya. Di pojok kanan aula ada segerombolan anak duduk sebaris memakai baju hijau paling ngejreng sendiri. Itulah saya dan teman-teman saya yang aktif di Tridharma. Dengan bangga nya saya dan teman-teman memakai baju Tridharma (baju saat Pemuda Jaksel mengadakan PPD

Setiap kami lewat, semua mata tertuju pada kami. Bahkan tidak sedikit guru-guru yang heran dan bertanya kepada saya, “Baju apa sih itu? Dari kelompok mana?”. Dengan bangga saya menjawab, “Saya dan teman-teman pake baju Tridharma. Buddha, Khong Hu Cu, dan Lao Tzi itulah ajaran Tridharma”. Setiap ada orang yang bertanya, saya tidak bosan untuk menjawabnya. Saat ujian praktek Bahasa Indonesia, disaat anak anak lain membawakan cerita Cinderella dan Malin Kundang. Saya membawakan cerita dari 24 kisah anak berbakti yaitu Min Ziqian, seorang murid Khong Hu Cu yang amat berbakti pada kedua orang tuanya. Begitu juga saat ujian praktek agama, saya dan teman-teman membawakan lagu “Trinabi Tunjukkan Aku”. Bahkan guru agama disekolah saya pun memberikan saya dan teman-teman nilai yang sangat tinggi saat itu. SO, WE MUST PROUD TO BE TRIDHARMA!

Confucius said, “There is no discrimination in education / Tiada perbedaan di dalam pendidikan”
TOLERANSI TINGGI

Sikap inilah yang juga harus dimiliki seorang Tridharma sejati. Bukan berarti kita harus begitu fanatiknya terhadap Tridharma. Tapi kita harus tetap menghargai, menghormati agama dan kepercayaan teman-teman kita. Setiap orang pada hakekatnya memiliki tujuan yang sama, yaitu sampai pada Thian. Tapi setiap orang memiliki cara pandang dan jalan yang berbeda dalam mencapainya. Kita harus menghargai , menghormati dan bertoleransi tinggi terhadap pendapat orang lain. Seorang Tridharma yang bijaksana adalah seorang yang dapat bertoleransi terhadap pendapat orang lain dengan lapang dada. Ingatlah sabda Nabi Khong Hu Cu, ”Di 4 penjuru samudera kita semua saudara”. Dengan begitu lengkap lah kita menjadi seorang Tridharma sejati dengan KOMITMEN yang kuat, RASA BANGGA MENJADI TRIDHARMA, dan sikap TOLERANSI TINGGI.

Khong Hu Cu bersabda, “ Seorang Junzi, dapat rukun meski tidak sama, seorang rendah budi dapat sama tetapi tidak dapat rukun” (Lun Yu XIII : 23). Nabi Khong Hu Cu pun menganjurkan untuk hidup rukun meski tidak sama. Karena hanya yang rendah budi lah yang tidak dapat rukun.

Khong Hu Cu juga bersabda, “Seorang Junzi berhati longgar dan lapang, seorang rendah budi berhati sempit dan berbelit-belit” (Lun Yu VII : 37)

Artikel ini saya dedikasikan untuk Pemuda Tridharma Indonesia yang telah berulang tahun pada 27 Juni 2010 yang lalu. Semoga di usia yang ke 56 dapat menjadi Ayah bahkan Kakek yang dapat mengayomi dan menciptakan kader-kader yang militant dan sukses dalam menjalankan kegiatannya. YES, WE CAN!

Pemuda Tridharma Indonesia
Berdiri Jaya dan perkasa
Pembela nusa bangsa dan negara
Jayalah selama-lamanya!
(Mars Pemuda Tridharma)

Dengan KOMITMEN, RASA BANGGA MENJADI TRIDHARMA dan SIKAP TOLERANSI TINGGI kita akan menjadi Tridharma sejati dan memberikan contoh / panutan bagi orang-orang disekitar kita. Kebahagiaan sejati bukanlah dilihat dari berapa banyak yang kita terima dari orang lain, tapi berapa banyak yang kita berikan terhadap orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar